PERANG SUMEDANG


Pemain:
• Dimas Ragil : Kapten Dias Fiqolkis : Istri Dokter
• Adma Teguh : Puguh Taufan Zuhri : Dokter
• Indra Pratama : Tama Tri Indra : Suster II
• Arika Dwi : Suster I Rizki Rahmawati : Ningsih
Tanggal 28 Agustus 1946, terjadi peperangan di daerah Sumedang, antara pejuang Indonesia dengan Penjajah. Disini para pejuang Indonesia bertempur melawan pejajah.
Dias : “Serbuuuuuuuuuuuuuu!!!!!!!!!!!!!........”
Tama, Puguh : “ayo majuuuuuuu……..”
(Terjadi peperangan sengit di medan tempur)
Dias : “Awas Tama!!!!!!!”
Tama : “Agggghhhhh,,,,,”
Dias : (mendekat, menolong Tama)
“Puguh, Cover me…..”
Puguh : “Siap kapten!..” (menembak)
Puguh : “Wadaw….”(jatuh)
Dias : “Ayo kita mundur…” (membopong Puguh dan Tama)
Tama : “Kapten, selmatkan Puguh dahulu,biar aku berlindung disini, dia dalam kondisi parah”.
Dias : “Baiklah jaga dirimu baik-baik, aku akn segara kembali”.
Tama : “Siap kapten!”.
Adegan II (di Rumah Sakit)
Dias : “Suster, Dokter…tolong …, temanku terluka parah,, cepat Suster..”
Suster I : “Suster, ayo cepat kita Bantu, kelihatannya dia parah..”
Suster II : “Baik, ayo cepat kita bantu…”
Suster I : “Sus, tolong panggilkan Dokter, aku akan menangani lukanya,”
Suste II : “Baiklah,,”
Dokter : (dating, langkah cepat)
“Kenapa ini?”(memeriksa)
“Wah lukanya cukup serius, kita harus sagera keluarkan pelurunya, siapkan peralatan operasi”.
Suster I : “Baik Dok”
Dias : “Dokter, tolong rawatlah temanku ini, aku harus menyelamatkan 1 orang temanku lagi yang terluka”
Dokter : “OK, cepatlah..sebelum kau terlambat, bawa dia kesini,aku akan berusaha menyelamatkannya”.
Dias : “Baik Dok, aku berangkat dulu” (beranjak pergi)
Adegan III (di tempat Tama)
Tama : “Aduh darahku mengalir deras, sepertinya aku sudah tidak kuat lagi menunggu kapten, aku harus minta bantuan. Toloooooooooooong…”.
Arumy : “Hah,, kenapa dia, sepertinya dia terluka,,”
Tama : (pingsan)
Arumy : “Aku harus mencari bantuan untuk menolongnya”.
(menolong Tama)
Dias : “Hah, kenapa Tama?”
Arumy : “Dia pingsan, mungkin kehabisan darah,,”
Dias : “Terimakasih telah menolongnya, aku akan membawa dia ke rumah sakit,”
Arumy : “Bergegaslah sebelum terlambat”.
Dias : (mengangguk)
Adegan IV
Dias : “Dokter, ini temanku, dia kehabisan darah, tol0ong dokter”
Dokter : “Baringkan dia disini, aku akan memeriksanya, sekarang kau tunggu di luar”
Dias : “baik dok,” (menuju keluar)
Dokter : (keluar dari rung operasi) “Temanmu terluka cukup serius, mungkin dia akan pingsan beberapa hari”
Dias : “Ohh,, aku harus melapor ke markas, Dokter, tolong rawat mereka disini, aku harus memberi kabar ke markas”
Dokter : “Tentu, itu adalah tugasku, sekarang cepatlah kau berangkat”.
(3 hari kemudian)
Puguh : “aghh,, oh, suster, apakah aku masih hidup?”
Suster : “Iya, kaptenmu yang telah menyelamatka kamu dan temanmu”
Puguh : ”Benarkah, sekarang kemana Kapten?”
Suster : “Dia kembali ke Markas, dia harus melapor tentang keasaan pasukan disini”
Puguh : “Ohh, aku telah berhutang budi pada Kapten. Sudah berapa lama aku pingsan suster?”
Suster : “Kau sudah 3 hari ini pingsan”
Puguh : “Ugh,,” (berdiri) “Badanku terasa kaku sekali”
Suster : “Kau harus diam dulu, kau belum pulih”
Puguh : “Tidak, aku sudah tidak betah disini, maukah menemaniku sus?”
Suster : “Baiklah, tapi kita hanya jalan-jalan di taman”
Puguh&Suster : (berdiri, pergi)
Puguh : “ Suster, sungguh mulia hatimu, kau telah menemani & merawatku selama aku pingsan, terimakasih banyak suster”
Suster : “Ah, jangan pikirkan itu, siapapun akan melakukan hal yang sama denganku”
Puguh : “Kau adalah malaikatku di dunia ini suster..”
Suster : “Jangan berlebijhan seperti itu, ini merupakan tugasku, dan aku harus melaksanakan dengan baik”.
Puguh : “oh, sungguh bijak kata-katamu sus, ternyata hatimu memang secantik wajahmu, engkau bagai rembulan yang senantiasa menemani sang malam suster”
Suster : “Ah, jangan membuat aku tersipu seperti itu”
Mereka melanjutkan pembicaraan mereka sambil terus menelusuri lorong rumah sakit, dan disaat bersamaan, mereka melihat seorang gadis bersimpuh kaki dengan pandangan kosong.
Puguh : “Suster, kenapa orang ini, kenapa dia terus memperhatikan kita?”
Sister : “Oh dia,, dia bernama ningsih, sudah 3 tahun dia dirawat disini”
Puguh : “Apa yang menyebabkan dia seperti ini?, seperti tidak mempunyai semangat hidup lagi”.
Suster : “Ningsih, gadis yang malang. 3 tahun yang lalu, dia mengalami ujian berat dalam hidupnya, suaminya yang merupakan seorang prajurit perang tewas dalam peperangan, Ningsih yang masih muda tidak sanggup menerima kenyataan sehingga dia mengalami depresi hebat dan dinyatakan menderita gangguan jiwa, tidak jarang dia marah tanpa sebab”.
Puguh : “Sungguh kaasihan dia”
(melanjutkan perjalanan, memandang Ningsih)
Suster : “Oh, kita sudah sampai di taman, sebaiknya kamu istirahat dulu, kau tidak boleh terlalu capek,”
Puguh : “ Baik suster, kau duduklah disampingku”
“Suster, semenjak aku sadar, aku sudah merasa ada getaran dahsyat di hatiku, mungkin itu suatu pertanda, bahwa aku telah jatuh cinta padamu,, Suster, maukah kau menjadi pendamping hidupku?”
Suster : (terpaku)
Tanpa disadari, ternyata Ningsih mengikuti mereka berdua. NIngsih membawa sebilah belati.
Suster : “Awas,,,,,!!!!!!!!!!!”
Puguh : “Agh,,,”(tersayat di bagian lengan atas) “Apa yanag kamu lakukan?”
Ningsih : “Kau, kau prajurit yang telah membunuhku”
Puguh : “Apa yang kau katakana, bukan aku yang membunuh suamimu, kau salah orang”.
Ningsih : “Tidak, kau memang pembunuh suamiku, kau harus mati!!!!”
Suster : “Awas Puguh……” (melindungi Puguh) “Aggghhhhhh…….”
Susterpun terkena tusukan belati si Ningsih, darah mengucur deras dari tubuhnya.
Puguh : “Suster….”(menangkap tubuh suster) “Hai apa yang telah kau lakukan?, kenapa kau bunuh suster?”